cover
Contact Name
Moh. Shofan
Contact Email
jurnal@maarifinstitute.org
Phone
+6281316538753
Journal Mail Official
jurnal@maarifinstitute.org
Editorial Address
Jalan Tebet Barat Dalam 2 No 6, Tebet, Jakarta Selatan, 12810
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Maarif
Published by MAARIF Institute
ISSN : 19078161     EISSN : 27155781     DOI : https://doi.org/10.47651/mrf
Jurnal MAARIF diarahkan untuk menjadi corong bagi pelembagaan pemikiranpemikiran kritis Buya Ahmad Syafii Maarif dalam konteks keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Beberapa isu yang menjadi konsen jurnal ini adalah tentang kompatibilitas Islam dan demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme. Isu-isu lain yang juga menjadi perhatian jurnal ini adalah soal kemiskinan, kekerasan atas nama agama, terorisme dan berbagai persoalan kebangsaan dan kemanusiaan yang mengemuka dalam kehidupan Indonesia kontemporer.
Articles 30 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres" : 30 Documents clear
Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Shofan, Moh
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.309 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.30

Abstract

Artikel-artikel dalam jurnal ini mencoba untuk melihat fenomena terbaru dalam politik Indonesia yang terkait dengan mobilisasi dengan menggunakan identitas Islam yang sering dikaitkan dengan populisme. Sebagian akademisi lain, populisme dipandang sebagai pertanda yang baik karena dapat menjadi pengingat atau alarm bagi elite yang sedang berkuasa agar selalu memperhatikan kepentingan publik dalam setiap pembuatan kebijakan. Sebaliknya, populisme oleh akademisi lainnya dinilai tidak lebih sebagai suatu retorika elite untuk meraih dukungan massa yang melimpah pada momen politik elektoral tertentu. Dan di sebagian kalangan lainnya, populisme Islam dikhawatirkan dapat menghalangi perkembangan demokrasi di Indonesia yang sejatinya masih dalam proses transisi menuju konsolidasi demokrasi.
Islam, Populisme dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Arifin, Syamsul
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.555 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.46

Abstract

Populisme merupakan konsep yang disematkan pada gerakan Islam di Indonesia belakangan ini mengiringi beberapa rangkaian politik elektoral baik di level lokal maupun nasional. Ihwal penyematan ini dilatarbelakangi oleh penggunaan identitas keagamaan yang mengesankan gerakan yang dirancang oleh beberapa elite dari kalangan Islam merupakan gerakan eksklusif. Gerakan ini untuk sementara waktu membuahkan hasil yang ditunjukkan dengan kemenangan salah satu pasangan dalam Pilkada di DKI Jakarta pada 2017. Sukses dalam politik elektoral, gerakan populisme Islam terus dirawat yang nantinya menjadi suatu strategi permanen dalam kontestasi politik elektoral di tingkat nasional. Populisme Islam bagi sebagian kalangan dikhawatirkan dapat menghalangi perkembangan demokrasi di Indonesia yang sejatinya masih dalam proses transisi menuju konsolidasi demokrasi. Artikel ini pertama-tama ingin memberikan apresiasi terhadap kontribusi umat Islam sebagai kelompok keagamaan terbesar di Indonesia karena telah memberikan contoh yang baik bagi negara-negara mayoritas Islam lainnya dalam mentransformasi rezim otoriter ke rezim yang lebih demokratis. Pembahasan berikutnya ingin meletakkan populisme sebagai suatu gerakan yang seharusnya memberi manfaat positif terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia mengingat pandangan Muslim mainstream menerima demokrasi baik sebagai suatu fakta sejarah maupun karena dari sisi teologis, Islam dan demokrasi tidak perlu diletakkan dalam posisi yang saling berhadapan.
Populisme Kanan, Islam dan Konteks Indonesia Perdana, Ari A.
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.08 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.47

Abstract

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS dan Brexit di Inggris menandai menguatnya sentimen populisme dalam politik elektotral. Sejumlah pemilu di Eropa setelah itu melanjutkan fenomena ini. Menguatnya populisme sebagian disebabkan oleh faktor kesenjangan ekonomi, tapi lebih banyak karena pertentangan kultural. Menguatnya dukungan pada kelompok Islam konservatif di Indonesia memiliki banyak karakteristik serupa dengan tren populisme global.
Populisme Islam, Krisis Modal Sosial dan Tantangan Terhadap Demokrasi: Refleksi Pemilu 2019 Basya, M. Hilali
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.448 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.48

Abstract

Gerakan masif yang memprotes dan menolak hasil Pemilu 2019 di Indonesia mengindikasikan adanya ketidakpercayaan politik (political distrust) terhadap kedua lembaga Pemilu, yaitu KPU dan Bawaslu, dan Pemerintah. Sebagian besar dari kelompok yang menyuarakan penolakan tersebut terhubung dalam identitas yang sama, yang menekankan kecintaan terhadap agamanya dan perasaan termarjinalisasi. Apa makna ketidakpercayaan tersebut dalam konteks gerakan Islam kontemporer dan negara demokrasi adalah fokus utama artikel ini. Artikel ini berupaya untuk mendiskusikan populisme Islam dalam pemilu 2019 yang secara khusus akan mengeksplorasi bagaimana dan mengapa populisme Islam tumbuh di masa pasca Orde Baru—terutama di Pemilu 2019—, seperti apa karakternya, dan bagaimana dampaknya terhadap masa depan demokrasi di Indonesia.
Ulama dan Negara Santri Burhani, Ahmad Najib
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.126 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.49

Abstract

Dengan kemenangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019, ulama kembali menempati posisi penting dalam pemerintahan Republika Indonesia. Pertanyaannya, apakah dengan terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden itu akan mendinginkan perpolitikan nasional yang selama ini sering terbelah antara kubu nasionalis dan Islamis? Apakah tampilnya Ma’ruf Amin, yang merupakan mantan rois ‘am NU, sebagai bagian dari ashabul qoror (penentu kebijakan) akan bisa menghilangkan berbagai kebijakan yang kurang berpihak dari pemerintah terhadap minoritas atau justru melahirkan sektarianisme baru? Dua pertanyaan inilah yang ingin diangkat oleh artikel ini.
Dar al-’Ahd Wa Al-Shahadah: Upaya dan Tantangan Muhammadiyah Merawat Kebinekaan Bachtiar, Hasnan
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.051 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.50

Abstract

Artikel ini mengkaji konsep Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah (negara perjanjian dan persaksian) yang diajukan oleh Muhammadiyah. Konsep ini penting dikaji, karena merupakan konsep elaborasi antara doktrin Siyar – hukum perang dan hubungan internasional dalam tradisi Islam – dan Pancasila yang bertujuan: memberikan pedoman bagi para aktivis Muhammadiyah mengenai hubungan negara dan organisasi, sebagai fondasi pertahanan ideologis, sebagai alat harmonisasi politik, dan manifestasi intelektual dan politik yang menekankan pentingnya nasionalisme. Artikel ini secara argumentatif menyatakan bahwa melalui konsep tersebut, Muhammadiyah berupaya meredam laju gerakan Islamisme (termasuk populisme Islamis sebagai akibat dari faktor merebaknya Islamisme) di Indonesia. Secara implementatif, Muhammadiyah harus menghadapi pelbagai tantangan seperti konservatisme di lingkungan internal Muhammadiyah, infiltrasi ideologis (khususnya Islamisme) sehingga menyebabkan pemisahan diri dan pengerasan sikap keberagamaan, dan adanya kontestasi politik praktis musiman yang melibatkan pelbagai instrumentalisasi agama untuk kepentingan politik kekuasaan (populisme Islamis).
Rekonsiliasi Pascasuksesi Kepemimpinan: Berkaca pada Penerapan Sistem Kekhalifahan Pertama dalam Islam dan Implementasinya pada Kehidupan Demokrasi Indonesia Saputra, Harja
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.433 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.51

Abstract

Artikel ini akan mengelaborasi mengenai fakta-fakta sejarah yang terjadi dalam suksesi kepemimpinan pasca Nabi Saw wafat, yaitu pada masa penerapan sistem kekhalifahan pertama, pada suksesi kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddieq dan berbagai peristiwa yang menyertainya yang tak jarang diwarnai kemelut dan bibit perpecahan di tubuh umat Islam. Dan, bagaimana kedua tokoh sentral dalam suksesi kepempinan tersebut, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddieq dan Ali ibn Abi Thalib, bersikap pascasuksesi kepemimpinan. Di akhir pembahasan, akan coba diambil benang merahnya mengenai pentingnya meneladani sikap dari kedua tokoh sentral yang terlibat, tanpa bermaksud menyamakannya secara simetris bahwa Abu Bakar Ash-Shiddieq identik dengan Jokowi atau Prabowo identik dengan Ali ibn Ibn Thalib, bukan dalam ranah itu. Namun, lebih pada penekanan mengenai urgensi meneladani sikap mementingkan rekonsiliasi, perdamaian, dan persatuan umat, dari kedua tokoh ketimbang bersitegang pada aspek politik yang sangat mudah memunculkan konflik.
Kritik Narasi Populisme Islamis di Mesir pasca-Arab Spring Purnomo, Mush’ab Muqoddas Eka
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.206 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.52

Abstract

Al Ikhwan Al Muslimun sebagai organisasi Islamis paling lama yang bertujuan untuk mendirikan kembali Khilafah Islamiyyah, ternyata tidak mampu mengelola kekuasaan. Akhirnya tidak sedikit dari kader-kadernya beralih kepada ISIS karena dianggap lebih mampu mendirikan Khilafah Islamiyyah serta mampu melawan para penguasa karena memiliki kemampuan militer yang dianggap lebih baik, walaupun sebenarnya tidak. Walaupun, kegalatan pemikiran yang telah merusak nalar pikir Kaum Islamis, baik Al Ikhwan Al Muslimun ataupun Salafi, kita harus tetap membuka pintu dialog, karena bagaimanapun, mereka adalah bagian dari kita, Umat Islam.
Kebenaran Yang Terbelah: Populisme Islam dan Disinformasi Politik Elektoral Akmaliah, Wahyudi
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.307 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.53

Abstract

Artikel ini menjelaskan mengenai masa depan demokrasi Indonesia di tengah ancaman Populisme Islam dengan melihat pertautan media sosial dengan mengajukan tiga pertanyaan; bagaimana politik elektoral dipengaruhi oleh disinformasi melalui media sosial sebagai cara dan strategi untuk menghancurkan lawan politik? Wacana-wacana apa saja yang muncul dalam disinformasi tersebut sebagai pendulum menguatkan sekaligus menyerang politik lawan? Bagaimana masa depan demokrasi Indonesia di tengah disinformasi masyarakat dan populisme Islam di Indonesia? Artikel ini berargumen bahwasanya disinformasi merupakan gejala yang tidak hanya menimpa Indonesia, melainkan juga secara global. Dalam runtutan sejarah, peristiwa 1965-1966 merupakan titik awal bagaimana hoaks dan fitnah itu digunakan dalam disinformasi yang mengacaukan bangunan logika masyarakat Indonesia sehingga tidak bisa melihat batas tegas masa lalu dan masa depan pada saat ini serta titik perbedaan antara fiksi dan realitas dalam tautannya dengan isu sosial dan politik. Kehadiran media sosial, menguatnya populisme Islam, berkawin-mawin dengan predator politik dalam politik elektoral memperparah kondisi tersebut, mengakibatkan kemunculan narasi-narasi yang berasal dari tautan masa lalu, kebijakan politik, sekaligus fitnah yang tidak diselesaikan sebelumnya. Disinformasi dalam tautan populisme Islam yang dimainkan oleh predator politik ini berakibat tuntutan yang lahir dari masyarakat agar negara memiliki kebijakan tangan besi.
Elsina Elisabeth Latuheru: Menghidupkan Perdamaian Membangun Kemanusiaan di Bumi Ambon Shofan, Moh.
MAARIF Vol 14 No 1 (2019): Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Islam di Indonesia Pasca-Pilpres
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.309 KB) | DOI: 10.47651/mrf.v14i1.54

Abstract

Elsina Elisabeth Latuheru—yang akrab dipanggil Elsye—adalah seorang aktivis Kopi Badati yang bergerak dalam dialog perdamaian lintas komunitas berbeda agama untuk membangun relasi kemanusiaan. Gerakan ini melakukan provokasi kepada masyarakat agar mengkontribusikan apa saja yang bisa menciptakan perdamaian. Mereka juga memutar film “The Imam and The Pastor” diwilayah perbatasan dan mendiskusikannya serta membuat khutbah-khutbah damai (peace sermons).

Page 1 of 3 | Total Record : 30